(Dosen "Desain Grafis & Animasi Fakultas Dakwah IAI Hamzanwadi Pancor
& Guru RA Asy-Syifa' Pancor)
Pluralisme
Pluralisme berarti paham yang menganggap
"yang berbeda" itu adalah "sama"
Apakah ia jika itu warna : merah, kuning, hijau, biru, dll atau dalam agama: Islam, Kristen, Protestan, Konghucu, Hindu dan Budha atau juga dalam suku, apakah ia jika itu suku Sasak sama dengan suku Bugis, suku Jawa, suku Mmbojo, suku Samawa dan lain sebaginya "dianggap sama" oo.....tentunya "tidak sama" so pasti pluralisme adalah salah.
Apakah ia jika itu warna : merah, kuning, hijau, biru, dll atau dalam agama: Islam, Kristen, Protestan, Konghucu, Hindu dan Budha atau juga dalam suku, apakah ia jika itu suku Sasak sama dengan suku Bugis, suku Jawa, suku Mmbojo, suku Samawa dan lain sebaginya "dianggap sama" oo.....tentunya "tidak sama" so pasti pluralisme adalah salah.
Pluralitas
Pluralitas berarti mengakui perbedaan itu dan tidak mempersamakannya
Contoh di atas kita gunakan kembali. Terdapat lima warna yaitu kuning,
merah, hijau, biru, dan hitam. Pluralitas berarti: kuning "tidak sama dengan" merah,
"tidak sama dengan" hijau, "tidak sama dengan"biru,
"tidak sama dengan" hitam. Benarkah? Tentu saja benar dan logis.
Dengan demikian, pluralitas mengakui perbedaan itu dan tidak mempersamakannya.
Tidak juga berusaha melebur dan meniadakannya. Perbedaan hendaklah disikapi
sebagaimana adanya.
Dalam konteks lain, suku sunda tidak sama dengan suku bugis. Tapi, mereka ada
dalam satu negara. Mereka bekerja sama dan saling menghormati.
Islam berbeda juga dengan kristen atau Hindu, dan yang lainnya. Lalu, apa yang
salah? Biarkan umat Islam dan Umat Kristen menjalankan kegiatan
"keagamaannya", dengan saling menghormati, tenggang rasa, dan
toleransi.
Jadi, pluralitas sesuai dengan bhineka tunggal ika.
Bukan pluralisme.
No comments:
Post a Comment